Nafsu (Jiwa)
23).
S : Apakah fungsi an nafsu (jiwa) dalam jasmani manusia?
J : Kalau tadi diumpamakan bahwa jasmani adalah badan dari sebuah mobil dan ruhani sebagai mesinnya, maka ternyata mobil itu belum dapat berjalan kalau tidak ada yang menjalankannya atau tidak ada sopirnya. Jadi kesimpulannya sebagai berikut:
1. Jasmani
(Tubuh kasar) merupakan sebuah kerangka dari sebuah mobil (kerangka yang sempurna bagian-bagiannya) dan berfungsi sebagai pelaksana.
2. Ruhani
(Nyawa) merupakan mesin dari mobil (kendaraan) tersebut Untuk menghidupkan dan memberi cahaya dan mempunyai fungsi penggerak.
3. Nafsu
(Jiwa) merupakan pengemudi (supir) dari mobil tersebut, dan berfungsi sebagai pemerintah. Dan disebabkan itu pulalah yang bertanggung-jawab untuk mengatur dan mengemudikan dan merawat kendaraan itu dan kemana arah kendaraan itu akan dikemudikannya terserah kepada si supir (jiwa). Seandainya kendaraan itu dibawa kejalan yang salah dan menemui kerusakan akibat salah jalan dan sebagainya. Maka supirlah yang bertanggungjawab dan bukan mobilnya.
24).
S :Apakah an nafs tidak diberi kekuatan – kekuatan lain melihat tugas dan tanggung jawab yang begitu besar ?.
J : An Nafs (jiwa) tersebut diberi perlengkapan oleh Allah swt. dengan tiga unsur kekuatan. Ketiga unsur ini memiliki sifat yang berlain-lainan antara satu dengan lainnya dan saling mempengaruhi untuk menguasai kekuatan lainnya.
25).
S : Kekuatan apakah yang ada dalam jiwa itu?
J : Ketiga kekuatan itu ialah :
1. Syahwat atau lauwamah (jin-narisamum)
Sifatnya pemalas, serakah, rakus, lemah, dan tidak berketentuan.
2. Gadhab atau amarah (iblis – nar)
Sifatnya angkara murka, sombong, dan ria, ingin menang sendiri dan kejam.
3. Natiqah atau muthmainah (malaikat – nur)
Sifatnya arif, bijaksana, penimbang rasa, tenang dan tentram.
26).
S : Dengan dasar apa dikatakan jiwa itu harus bertanggung jawab atas segala macam amal perbuatannya?
J : Allah swt. berfirman dalam surat Az zumar ayat 70 sbb :
وَوُفِّيَتۡ كُلُّ نَفۡسٖ مَّا عَمِلَتۡ وَهُوَ أَعۡلَمُ بِمَا يَفۡعَلُونَ ٧٠
Artinya :
Akan dihadapkan tiap–tiap jiwa, dimintai pertanggung jawaban segenap amal perbuatannya masing-masing. Karena sesungguhnya Allah adalah Maha Mengetahui apa–apa yang diperbuat oleh manusia di muka bumi.
(QS. Az Zumar [39]: 70)
Demikianlah jelas bagi kita bahwa amal perbuatan manusia yang memikul tanggung jawabnya adalah jiwa, sesuai pula dengan firman Allah di surat At Thariq ayat 4 sbb :
إِن كُلُّ نَفۡسٖ لَّمَّا عَلَيۡهَا حَافِظٞ ٤
Artinya :
Sesungguhnya tiap-tiap jiwa manusia itu ada yang mengawasi (malaikat).
(QS. At Thaariq [86]: 4)
Oleh karena itu berhati-hatilah wahai manusia. Jangan berani berbuat kejahatan karena segala amal perbuatan itu akan diperhitungkan dihadirat Illahi Rabbi kelak.
27).
S : Di manakah letaknya an nafsu (jiwa) itu?
J : Sabda Rasulullah yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari/Muslim sebagai berikut :
اَلاَ اِنَّ فِي الْجَسَدِ مُضْغَةً اِذَا صَلُحَتْ صَلُحَ سَائِرُالْجَسَدِ وَاِذَا فَسَدَتْ فَسَدَ سَائِرُ الْجَسَدِ اَلأَ وَهِيَ اْلقَلْبُ(رواه البخاري ومسلم)
Artinya:
“Wahai insan, ketahuilah olehmu bahwa di dalam jasmanimu itu ada segumpal daging. Jika daging itu sehat maka sehatlah seluruh jasmanimu, tetapi jika daging itu rusak maka rusaklah seluruh jasmanimu. Dan daging yang dimaksud itu adalah jantung tempat atau wadah dari an nafsu (jiwa)”.
(HR. Imam Bukhari Muslim)
Berdasarkan Hadits tersebut diatas jelaslah bahwa yang dinamakan manusia adalah jiwanya. Jiwa itu terletak didalam jantung (Qalbu) dan dari keterangan yang terdahulu telah kita ketahui pula bahwa jiwa (an nafs) itu diperlengkapi dengan tiga unsur kekuatan. Demikian pula telah kita ketahui sifat-sifat maupun keinginan-keinginan masing-masing.
28).
S : Apakah daya upaya kita agar terpelihara dari pengaruh serangan, bisikan-bisikan musuh-musuh manusia yaitu iblis dan jin?
J : Agar hidup dan penghidupan kita terpelihara dari pengaruh dan bisikan-bisikan musuh-musuh manusia yakni iblis dan jin yang senantiasa berusaha untuk menjerumuskan dan menyesatkan manusia, maka keinginan (hawa) jiwa itu harus ditertibkan, karena firman Allah surat Shad ayat 82-83:
قَالَ فَبِعِزَّتِكَ لَأُغۡوِيَنَّهُمۡ أَجۡمَعِينَ ٨٢ إِلَّا عِبَادَكَ مِنۡهُمُ ٱلۡمُخۡلَصِينَ ٨٣
Artinya :
Iblis menjawab: "Demi kekuasaan Engkau aku akan menyesatkan mereka semuanya. Kecuali hamba-hamba-Mu yang mukhlis (suci dan bersih) di antara mereka.
(QS. Shaad [38]: 82-83)
Kita telah mengetahui unsur-unsur kekuatan yang berada didalam jiwa kita, demikian pula sifat-sifatnya. Sekarang tinggal terserah anda untuk memilih. Kalau jiwa anda dipimpin oleh :
1. Syahwat
maka anda akan menjadi orang yang pemalas, tidak berketentuan, tamak dan lemah.
2. Ghadhab
maka menjadi orang yang sombong, ria (senang dipuji dan disanjung) pemarah, kejam, angkara murka, ingin benar dan menang sendiri.
3.Natiqah
maka anda akan menjadi seorang yang tenang, tentram, arif dan bijaksana.
Setelah kita mengetahui akibat dari pengaruh tiga unsur tersebut maka kita akan yakin bahwa setiap insan akan berusaha memilih dan mendudukkan natiqah sebagai pemimpin jiwanya.
29).
S: Seandainya tiap-tiap insan telah mendudukkan natiqah sebagai pemimpin jiwanya apakah kira-kira hasil dan pengaruhnya di alam dunia ini?
J : Kalau natiqah benar–benar manjadi pemimpin jiwa setiap insan maka jelas akan terlaksana dan terciptalah dimuka bumi ini suatu masyarakat yang aman tentram dan tertegak (tercapai) keadilan serta tercapai kemakmuran.
Berkata seorang pujangga Islam :
اَقْبِلْ عَلَى النَّفْسِ وَاسْتَكْمِلْ فَضَا ِئلَهَا فَاَ نْتَ بِالرُّوْحِ لاَ بِالْجِسْمِ إِنْسَانٌ
Artinya :
“Wahai insan, jagalah jiwamu dan hiasilah ia dengan keindahan-keindahan, karena kamu disebut manusia bukan karena jasmanimu melainkan karena jiwamu”
30).
S : Bagaimana cara mejaga jiwa itu dan dengan apapula ia harus dihiasi?
J : Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan itu marilah kita terlebih dahulu membahas soal-soal berikut, yakni :
